Dampak Meja Goyang Timah Jika Tutup, Warga: Kemana Kami Harus Menjualnya?

Dampak Meja Goyang Timah Jika Tutup, Warga: Kemana Kami Harus Menjualnya?

Spread the love

BELITUNG, newsharian.com – suasana tenang dan nyaman beberapa bulan terakhir yang dirasakan oleh penambang kecil di pulau Belitung dan belitung timur seketika mencekam,

Pasalnya adalah, tidak adanya lagi pembelian pasir timah serta ada kabar akan tutupnya kegiatan meja goyang timah untuk waktu yang cukup lama.

Padahal, masyarakat di Kabupaten Belitung, maupun Kabupaten Belitung Timur masih berharap sepenuhnya dengan komoditas timah sebagai sektor unggulan pendapatan mereka untung mencari rezeki.

Tidak kurang dari 35% masyarakat masih bergantung hidup dari sektor tambang timah skala kecil.

Mendengar kabar akan adanya penutupan meja goyang media ini turun langsung ke lapangan ke beberapa titik kecamatan di Belitung.

Untuk melihat dan mendengar langsung seperti apa fakta-fakta di lapangan agar bisa disampaikan secara luas kepada seluruh pemangku jabatan di Provinsi Bangka Belitung.

Salah satu warga yang ada di Kecamatan Membalong, AD menyampaikan, mereka ( penambang skala kecil-red) yang menjadi korban apabila kolektor timah dan meja goyang akan berhenti beroperasi.

“Kami menambang mengunakan alat yang paling sederhana serta paling murah, cukup menyiapkan mesin robin kapasitas 7 PK sudah bisa bekerja, bahan bakar 5 Sampai 10 liter bisa kerja dari pagi sampai sore,” ujarnya.

“Apabila memang benar adanya kabar kolektor berhenti membeli timah, kami lah yang akan menderita terkait kemana akan menjual pasir timah yang kami dapatkan, selama ini kami sangat terbantu dengan aktifitas meja goyang dalam hal pembelian pasir timah, saya berharap kepada seluruh pejabat-pejabat agar sesegera mungkin carikan solusi dikarenakan anak anak kami butuh kehidupan serta pendidikan yang layak,” harap AD.

Sementara itu hal yang sama di sampaikan WT seorang perempuan setengah baya membawa mangkok berwarna hijau kecil yang berisi timah berkisar 4 kiloan ikut bercerita.

“Ini hasil saya melimbang/mengambil timah dari ujung sakkan selama 3 hari kemarin, sudah kurang lebih empat desa saya lalui untuk mencari meja goyang yang buka, alhamdulilah belum ketemu meja buka bang,” ujar Wt

WT yang merupakan warga Dusun Aik Malik, Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung menceritakan dengan raut muka yang sedih kenapa bisa seperti ini, keadaan pertimahan sekarang tanyanya?.

“Timah dalam mangkok inilah harapan satu satunya untuk membeli beras serta lauk untuk makan sekeluarga,” ungkapnya lirih.

Ditempat yang berbeda, seorang kolektor timah awalnya enggan bercerita saat didekati awak media dan terkesan irit bicara, setelah awak media menyampaikan maksud dan tujuan akhirnya mau buka suara.

“Saya bukan tidak mau buka bang (meja goyang-red), tapi butuh kepastian smelter mana yang mau menerima timah yang kami beli dari masyarakat, kami juga punya keterbatasan modal usaha uang untuk operasional pembelian pasir timah bang,” paparnya.

“Kami juga butuh kepastian keamanan jangan pas kami buka tahu-tahu sudah rame di media sosial tentang pemberitaan meja goyang bang, kalau tidak ada kepastian keamanan berusaha dan siapa yang akan membeli pasir timah. Kami kolektor dibawah tidak bisa juga berbuat banyak,” ujar As mengakhiri pembicaraan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page