Bangka Tengah, Newsharian.com — Kolong eks PT Kobatin Dusun Jongkong 12 Desa Nibung Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah, yang berdekatan dengan jalan Air Nona kembali marak dihajar Tambang Inkonvensional (TI) jenis rajuk.
Pantauan Tim Jobber (Journalis Babel Bergerak) di lapangan, belasan ponton tower terlihat sebagian sedang beraktivitas menyedot dasar sungai untuk mendapatkan pasir timah.
Ironisnya aktivitas tambang timah yang diduga ilegal itu berada sangat dekat dengan fasilitas umum, yaitu dipinggir jalan, yang menjadi satu satunya akses yang biasa dilalui masyarakat setempat untuk pergi ke kebun, dan juga membawa hasil kebunnya kembali.
Kendati demikian para penambang sepertinya tidak peduli dengan dampak yang mereka perbuat, asalkan bagi mereka mendapatkan keuntungan yang besar, tapi dengan cara mengorbankan fasilitas umum dan juga orang banyak.
Warga sekitar khawatir, kalau hal ini terus terjadi tidak menutup kemungkinan akses jalan satu satunya itu akan terputus, karena dihajar oleh para penambang, selain itu juga tiang listrik PLN yang berada dekat dipinggir jalan dengan aktivitas para penambang, dikhawatirkan akan tumbang.
“Yang kami takutkan lama lama jalan umum ini bisa longsor pak, kalau sudah gitu nanti kami yang susah, tidak bisa lewat, karena ini satu satunya jalan kita menuju kebun sawit,” ungkap warga sekitar yang tidak mau disebut namanya kepada Tim Jobber, Jumat (25/11/2022)
“Kalau pas bawa buah sawit, ya jalan inilah yang kami lewati lagi, karena memang ini akses jalan satu satunya pak,” tambahnya.
Sejumlah warga yang berhasil ditemui juga mengatakan hal yang sama, selain mengkawatirkan akses jalan yang nanti cepat atau lambat akan terputus, aktivitas para penambang sangat dekat dengan pemukiman penduduk.
“Itu juga sudah mulai retak retak pak jalannya, mana dekat lagi jaraknya dengan rumah rumah warga,” ujar Din
Walaupun para penambang beralasan jika kerja mereka tidak mengganggu badan jalan, namun tetap saja akan berakibat fatal nantinya, karena tambang jenis rajuk tersebut bisa merobohkan tanah dengan radius 20 sampai 30 meter.
“Memang kata mereka (red-penambang) tidak makan kearah jalan, cuma disampingnya, tapi kan rajuk ini jarak roboh tanah itu radius 20 sampai 30 meter bang,” jelas warga
Beberapa informasi yang berhasil awak media terima, jika aktivitas tambang tersebut disinyalir dibekingi oknum APH, sehingga warga yang kebanyakan pendatang tersebut tidak begitu berani bersuara, karena diduga takut diancam oleh oknum oknum tersebut.
“Dilokasi itu ada yang nunggunya, ya mungkin oknum preman, kabarnya ada oknum APH juga yang ikut memback up,” ungkap sumber yang namanya tidak mau di publikasi.
Selain itu sumber ini pun membeberkan nama nama penampung hasil tambang di Dusun Jongkong, juga siapa saja yang mengkordinir, termasuk anak dari pengusaha besar di kota Koba Bangka Tengah berinisial A.
“Info dari masyarakat yang ambil timah di kolong Jongkong itu nama nya Akiong, yang turun ponton ada nama Aini alias Murai, ada Bakar, ada juga anak bos besar di Koba ni, nama nya Akiong alias Pron, ” beber sumber kepada Tim Jobber.
Dari hasil pendapatan sehari hari masing masing ponton menurut sumber bisa mencapai satu kampil.
“Rata rata mereka dapat satu nonton satu kampil timah, kira kira 70 sampai 80 kilogram,” katanya
“Kalau punya Akiong alias Pron ada tiga unit dia turun, total ada 12 pron di Jongkong itu, ” ungkapnya.
Terpisah, Akiong yang disebut sebut warga sebagai pembeli hasil tambang timah di Jongkong, sekaligus yang punya ponton, membantah saat di hubungi Tim Jobber, ia mengaku tidak pernah menambang apa lagi beli timah di kolong Jongkong.
“Tidak ada bang, tidak berani lah saya nambang di situ, apa lagi sampai beli timah, saya masih menjaga nama baik Bos besar saya, tidak benar itu semua bang, “aku Akiong.
Hingga berita ini tayang, awak media Tim Jobber akan berupaya mendapatkan konfirmasi dari pihak pihak terkait, juga APH. (Tim Jb)