Pemanfaatan Satwa Liar Sebagai Obat Tradisional oleh Masyarakat Kabupaten Bangka

Pemanfaatan Satwa Liar Sebagai Obat Tradisional oleh Masyarakat Kabupaten Bangka

Spread the love

Penulis : Julfiani
Nim : 210641033
Mahasiswi Program Studi Konservasi Sumber Daya Alam, Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung

Newsharian.com  — Pengobatan tradisional adalah pengobatan yang dilakukan secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magis maupun pengetahuan tradisional.

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman para pelaku yang ahli dalam membidangi hal seperti pengobatan tradisional ini.

Dalam pengobatan tradisional tidak semerta-merta selalu mengambil dari alam pada sumber daya alam yang masih hidup (Rahmisyah, 2022).

Menurut Afriansyah et al. (2016), satwa liar yang digunakan sebagai sumber obat tradisional biasanya adalah hewan yang sudah mati bukan menggunakan satwa liar yang masih hidup. Bagian-bagian satwa liar yang biasanya digunakan sebagai obat tradisional antara lain: daging, tanduk, tulang, ekor, bulu, kuku, lemak, empedu, dan cangkang. Produk satwa liar yang bisa digunakan sebagai obat tradisional adalah urin, feses, madu, dan susu.

Salah satu provinsi yang masyarakatnya masih memanfaatkan satwa liar sebagai obat tradisional adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tepatnya di Kabupaten Bangka. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan sebuah kepulauan yang terdiri dari dua pulau utama, yaitu pulau Bangka dan pulau Belitung serta ratusan pulau-pulau kecil disekitarnya.

Kabupaten Bangka merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan koordinat 1°20’ dan 1°45’ Lintang Selatan serta 105°30’ dan 106°00’ Bujur Timur. Di Kabupaten Bangka sendiri sampai sekarang ini masyarakat masih sering menggunakan sumber daya alam sebagai media pengobatan tradisional. Hal ini bisa dilihat pada bebrapa Desa yang masih menggunakan pengobatan tradisional sebagai pengobatan medis.

Beberapa Desa tersebut antara lain Desa Tanah Bawah Kecamatan Puding Besar, Desa Silip Kecamatan Riau Silip dan Desa Kimak Kecamatan Merawang. Dari ketiga desa tersebut, pengobatan tradisional masih menjadi budaya masyarakat lokal secara turun-temurun untuk mengobati penyakit tertentu tanpa harus dirujuk ke rumah sakit atau menggunakan pengobatan medis.

Pengetahuan masyarakat Kabupaten Bangka terkait pemanfaatan satwa liar sebagai obat pengobatan tradisional merupakan salah satu pengetahuan yang diwariskan oleh para leluhur mereka secara turun-temurun.

Mayoritas masyarakat Kabupaten Bangka masih menggunakan satwa liar sebagai pengobatan tradisional. Namun, dikarenakan semakin sulitnya mendapatkan satwa liar tersebut, masyarakat Kabupaten Bangka pada akhirnya lebih memilih obat modern yang lebih murah untuk mengobati penyakit mereka. Di Kabupaten Bangka, kebutuhan satwa liar sebagian besar diperoleh melalui perburuan.

Selain itu, alih fungsi lahan tempat diambilnya satwa liar menjadi penyebab utama semakin sulitnya mendapatkan satwa liar tersebut.

Di Kabupaten Bangka ditemukan 14 spesies satwa liar dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Kabupaten Bangka yang dikelompokkan kedalam lima kelas, yaitu mamalia (lima spesies), reptilia (empat spesies), pisces (dua spesies), aves (dua spesies), amphibia (satu spesies). Jenis-jenis satwa yang digunakan masyarakat kabupaten bangka sebagai obat tradisional yaitu ayam hutan, mengkubung, buaya muara, lutung, ikan gabus, ular piton, burung elang, tupai, kalong, katak sungai, marmut, mengkarong, belut.

Enam satwa liar dimanfaatkan dagingnya oleh masyarakat Kabupaten Bangka, yaitu ikan gabus dan ular phyton sebagai obat luka dalam, tupai sebagai obat diabetes, katak sungai dan belut sebagai obat asma, mengkarong sebagai obat saraf. Satu satwa liar, yaitu mengkubung dimanfaatkan tulangnya sebagai obat patah tulang dengan cara dikubur tubuhnya secara utuh selama kurang lebih empat puluh hari. Setelah empat puluh hari tulangnya diambil lalu campurkan tulang tersebut dengan minyak kelapa, setelah itu oleskan pada bagian tubuh yang mengalami patah tulang.

Dua satwa liar yang dimanfaatkan kakinya, yaitu ayam hutan sebagai obat magh dan burung elang sebagai obat patah tulang. Cara pengolahan ayam hutan sebagai obat magh yaitu kaki ayam hutan direbus kemudian airnya diminum. Adapun cara pengolahan burung elang yaitu kakinya direbus hingga mengeluarkan minyak kemudian ambil minyak yang mengapung lalu dioleskan kebagian tubuh yang mengalami cidera atau patah tulang.

Satu satwa liar yaitu, yaitu buaya muara yang dimanfaatkan taringnya sebagai obat stres dan kesurupan dengan cara taring tersebut dikikis sampai mengeluarkan serbuk kemudian serbuk tersebut dicampur dengan air lalu diminum. Selain itu buaya muara mempunyai manfaat pada bagian daging dan tangkurnya, yaitu sebagai obat penambah stamina. Kulit atau belulang dari satwa liar yaitu, lutung dimanfaatkan sebagai obat darah manis yang diolah dengan cara kulitnya direbus kemudian air dari hasil rebusan tersebut diminum. Empedu dari ular phyton dimanfaatkan sebagai obat penyakit kulit yaitu dengan cara empedu tersebut direndam kemudian air rendaman tesebut diminum.

Kalong dimanfaatkan hatinya sebagai obat asma dengan cara hatinya digoreng tanpa dicampur dengan bumbu apapun kemudian dimakan. Pemanfaatan hati kalong/kelelawar sebagai obat mengi/sesak nafas atau asma di Pulau Bangka, tidak terbatas hanya pada masyarakat di Kabupaten Bangka saja, namun juga dimanfaatkan oleh masyarakat di Kabupaten Bangka Tengah tepatnya di Desa Terak. Satwa liar yang dimanfaatkan darahnya yaitu, marmut sebagai obat batuk diolah dengan cara marmut tersebut disembelih kemudian ambil darahnya. Campurkan darah marmut tersebut dengan air sedikit saja yaitu satu banding empat, setelah itu diminum. Dikutip dari (Hewanpedia.com) manfaat lain dari marmut adalah sebagai obat liver dan mencegah kemandulan.
Kepala kura-kura dimanfaatkan sebagai obat ambayen. Cara pengolahannya yaitu kepala kura-kura disangrai hingga halus atau hancur kemudian dicampur dengan air hangat dan diminum.

Pengobatan tradisional adalah pengobatan yang dilakukan secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magis maupun pengetahuan tradisional. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman para pelaku yang ahli dalam membidangi hal seperti pengobatan tradisional ini. Dalam pengobatan tradisional tidak semerta-merta selalu mengambil dari alam pada sumber daya alam yang masih hidup (Rahmisyah, 2022). Menurut Afriansyah et al. (2016), satwa liar yang digunakan sebagai sumber obat tradisional biasanya adalah hewan yang sudah mati bukan menggunakan satwa liar yang masih hidup. Bagian-bagian satwa liar yang biasanya digunakan sebagai obat tradisional antara lain: daging, tanduk, tulang, ekor, bulu, kuku, lemak, empedu, dan cangkang. Produk satwa liar yang bisa digunakan sebagai obat tradisional adalah urin, feses, madu, dan susu.

Pengetahuan masyarakat Kabupaten Bangka terkait pemanfaatan satwa liar sebagai obat pengobatan tradisional merupakan salah satu pengetahuan yang diwariskan oleh para leluhur mereka secara turun-temurun. Namun, dikarenakan semakin sulitnya mendapatkan satwa liar tersebut, masyarakat Kabupaten Bangka pada akhirnya lebih memilih obat modern yang lebih murah untuk mengobati penyakit mereka. Di Kabupaten Bangka, kebutuhan satwa liar sebagian besar diperoleh melalui perburuan. Selain itu, alih fungsi lahan tempat diambilnya satwa liar menjadi penyebab utama semakin sulitnya mendapatkan satwa liar tersebut.

Enam satwa liar dimanfaatkan dagingnya oleh masyarakat Kabupaten Bangka, yaitu ikan gabus dan ular phyton sebagai obat luka dalam, tupai sebagai obat diabetes, katak sungai dan belut sebagai obat asma, mengkarong sebagai obat saraf. Nugroho (2018) mengatakan kandungan gizi yang ada dalam daging memiliki manfaat yang berbeda-beda. Protein berperan penting dalam membangun jaringan pada tubuh, menjadikan antibodi alami bagi tubuh yang bekerja dengan baik sehingga dapat menghindarkan tubuh dari serangan penyakit, zat besi juga berperan penting bagi kesehatan tubuh yaitu dapat menghindarkan tubuh dari gejala anemia, dan vitaminvitamin (A, D, dan B) yang memberi bantuan pada sistem syaraf dan juga baik untuk penglihatan, tulang, kulit, dan gigi.

Satu satwa liar, yaitu mengkubung dimanfaatkan tulangnya sebagai obat patah tulang dengan cara dikubur tubuhnya secara utuh selama kurang lebih empat puluh hari. Setelah empat puluh hari tulangnya diambil lalu campurkan tulang tersebut dengan minyak kelapa, setelah itu oleskan pada bagian tubuh yang mengalami patah tulang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page